Friday, September 23, 2011

conjunctivitis Bacterial



Konjungtivitis bakteri adalah suatu peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Terdapat 2 bentuk konjungtivitis bakteri, yaitu konjungtivitis bakteri akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan konjungtivitis bakteri kronik.

Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri yang biasanya berlangsung selama kurang dari 14 hari. Pengobatan dengan salah satu obat antibakteri yang tersedia biasanya menyembuhkan dalam waktu beberapa hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi duktus nasolakrimalis.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
        Konjungtivitis bakteri bersifat mudah menular yang biasanya terjadi akibat kontak langsung dengan benda-benda milik penderita yang digunakan oleh orang lain
        Beberapa penyebabnya antara lain:
a)      Stafilokokus
b)      Streptokokus
c)       Cornyebacterium diphteriae
d)      Pseudomonas aeruginosa
e)      Neisseria gonorrhoeae
f)       Haemophilus influenza

Berdasarkan onset dan lamanya konjungtivitis, bakteri penyebab infeksi dapat dikelompokkan seperti berikut:
        Konjungtivitis bakteri hiperakut
-        Neisseria gonorrhoeae
-        Neisseria meningitidis
-        Neisseria gonorrhoeae subspesies kochii
        Konjungtivitis bakteri akut
-        Pneumococcus (Streptococcus pneumonia)
-        Haemophilus aegyptius
        Konjungtivitis bakteri subakut
-        Haemophilus influenza
        Konjungtivitis bakteri kronik
-        Staphyloccus aureus
-        Moraxella lacunata

TANDA DAN GEJALA KONJUNGTIVITIS SECARA UMUM
Berikut adalah tanda dan gejala yang ditemukan pada konjungtivitis secara umum, tidak terfokuskan pada konjungtivitis bakteri saja:
1.       Hiperemia
Adalah tanda klinis konjungtivitis akut yang paling mencolok. Kemerahan paling jelas pada daerah forniks dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris menandakan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam. Warna yang merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri, dan tampilan putih susu mengesankan konjungtivitis alergi. Hiperemia tanpa disertai infiltrasi sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari, asap, dsb.

2.       Mata berair (Epifora)
Sering kali kondisi ini mencolok pada konjungtivits. Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemis dan menambah jumlah air mata tersebut. Kurangnya sekresi air mata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sika atau Dry Eye Syndrome.

3.       Eksudasi
Merupakan ciri semua konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergi. Pada hampir semua jenis konjungtivitis, didapatkan banyak kotoran mata di palpebra pada saat bangun tidur. Jika eksudat sangat banyak dan palpebranya saling melekat, agaknya konjungtivitis disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

4.       Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat, misalnya Trakhoma dan Keratokonjungtivitis Epidemika.

5.       Hipertrofi papilar
Adalah reaksi konjungtiva nonspesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila (bersama unsur sel dan eksudat) mencapai membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung. Eksudat radang mengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan konjungtiva. Konjungtiva dengan papila merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia. Pada infiltrasi berat pada konjungtiva dapat dihasilkan papila raksasa. Pada Keratokonjugtivitis Vernal (akibat alergi) papila ini disebut papila cablestone pada bagian tarsus.

6.       Kemosis
7.       Limfadenopati preaurikular
8.       Folikel
Merupakan suatu hiperplasia limfoid lokal di dalam lapisan konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskuler.

9.       Pseudomembran dan membran
Merupakan hasil dari proses eksudatif. Pseudomembran adalah suatu pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel yang bila diangkat meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah. Pseudomembran atau membran dapat pula terjadi akibat luka bakar kimiawi, terutama luka bakar alkali.

10.   Granuloma
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa Kalazion. Penyebab endogen lain adalah sarkoid, sifilis, dan penyakit “cat-scratch”.

Berikut adalah tabel yang memperlihatkan perbedaan temuan klinis dan sitologi dari jenis-jenis konjungtivitis umum:
KLINIS & SITOLOGI
VIRAL
BAKTERI
KLAMIDIA
ALERGIK
Gatal
Minimal
Minimal
Minimal
Hebat
Hiperemia
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Mata Berair
Banyak
Sedang
Sedang
Minimal
Eksudasi
Minimal
Banyak
Banyak
Minimal
Adenopati preaurikular
Sering
Jarang
Hanya sering pada konjungtivitis inklusi
Tak ada
Pada kerokan dan eksudat yang dipulas
Monosit
Bakteri, PMN
PMN, sel plasma, badan inklusi
Eosinofil
Disertai sakit tenggorokan dan demam
Sesekali
Sesekali
Tak pernah
Tak pernah


DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS BAKTERI
A)     Keluhan Pasien
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tabel di atas, secara umum keluhan pasien konjungtivitis bakteri adalah sebagai berikut:
        Mata merah,
        Lakrimasi,
        Ada eksudat mukopurulen terutama pada pagi hari,
        Terasa seperti ada benda asing yang kemudian  menjalar dari satu mata ke mata lain.

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke mata yang lain akibat kontak tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman (fomit). Terkadang dapat pula ditemukan pembengkakan palpebra.

Berdasarkan jenisnya, berikut adalah gejala yang dominan pada tiap jenis konjungtivitis bakteri:
1.       Konjungtivitis hiperakut (purulen)
Adanya eksudasi purulen yang banyak
2.       Konjungtivitis mukopurulen (Catarrhal) akut
Sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut sakit mata merah oleh orang awam. Ditemukan adanya sekret mukopurulen dalam jumlah sedang.

3.       Konjungtivitis Subakut
Adanya eksudat yang tipis, mata yang berair dan pandangan yang berawan
4.       Konjungtivitis bakteri kronik
Konjungtivitis yang sudah berlangsung lama, biasanya unilateral. Bisa disertai dengan obstruksi duktus nasolakrimal dan dakriosistitis. Bisa juga disertai dengan blefaritis bakterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom.

B)      Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan jenisnya, berikut adalah tanda yang biasa ditemukan pada tiap jenis konjungtivitis
bakteri:
1.       Konjungtivitis hiperakut (purulen)
Jika pasien menunda pengobatan maka dapat terlihat adanya kerusakan kornea bahkan hingga kehilangan bola mata
2.       Konjungtivitis mukopurulen (Catarrhal) akut
Penyakit ini ditandai dengan adanya hiperemia akut dan sekret mukopurulen berjumlah sedang.
3.       Konjungtivitis Subakut
Ditemukan sekret yang tipis
4.       Konjungtivitis bakteri kronik
Dapat terbentuk membran atau pseudomembran yang dihasilkan oleh mikroorganisme pada konjungtiva palepbralis atau konjungtiva tarsalis.

C)      Pemeriksaan Penunjang
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakteri, organisme penyebabnya dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa untuk mengetahui penyebabnya. Pemeriksaan ini menampilkan banyak neutrofil polimorfonuklear (PMN). Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakitnya purulen, bermembran dan berpseudomembran.

TERAPI
Sebelum hasil pemeriksaan mikrobiologi didapatkan, diberikan Antibiotik tunggal topikal berspektrum luas seperti  Gentamisin, Kloramfenikol, atau Polimiksin selama 3-5 hari. Jika terapi antibiotik awal tidak berhasil, tunggu sampai hasil pemeriksaan mikrobiologi didapatkan.

Untuk konjungtivitis Gonore, diberikan salep dan injeksi Penisilin, kemudian sekret dibersihkan dengan air rebus bersih atau garam fisiologis. Pemberian antibiotik dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik didapatkan hasil yang negatif selama 3 hari berturut-turut.

KOMPLIKASI
Blefaritis kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokokus, kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan merupakan sasaran blefaritis. Parut konjungtiva dapat mengikuti konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa, dan pada kasus tertentu dapat diikuti oleh ulserasi kornea dan perforasi. Pada konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh Gonokokus dapat terjadi perforasi kornea dan menyebabkan terjadinya endoftalmitis. Pada infeksi Meningokokus dapat menyebabkan septikemia atau meningitis.

PROGNOSIS
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, yang jika diobati dengan memadai dalam 1-3 hari sudah bisa sembuh (kecuali konjungtivitis stafilokokus yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik, serta konjungtivitis gonokokus).

 berikut video tentang konungtivitis bakterial



DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S., 2008, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, ed.3, FKUI, Jakarta
Ilyas S., 2009, Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta


No comments:

Post a Comment